Mostrando las entradas con la etiqueta Pendidikan. Mostrar todas las entradas
Mostrando las entradas con la etiqueta Pendidikan. Mostrar todas las entradas
TULISAN UNTUK KEBAIKAN

TULISAN UNTUK KEBAIKAN

 

JOURNAL-TAKO / Menulis adalah suatu pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh siapa saja. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menulis, tanpa ada yang membatasi.Tulisan entah itu singkat atau panjang itu bukan lah masalah (12 Juli 2023)


Asalkan tulisan itu bisa di baca, kemudian bisa di pahami/bisa dimengerti serta bisa dilaksanakan. Semua orang yang perna bersekolah, sudah bisa dipastikan bisa menulis. Menulis merupakan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.


Melalui sosial media yang digunakan saat ini, orang dapat menulis apa saja, kemudian tulisan itu bisa dibagikan kepada orang lain untuk bisa membaca dan memahaminya. Tulisan yang bisa ditulis kemudian dibagikan itu mulai dari opini, berita, informasi, pesan, gambar,kisah inspirasi, cerita, komedi, dan lain sebagainya, untuk di bagikan kepada orang lain.


Membuat tulisan yang baik, berguna dan bermanfaat, kemudian membagikan kepada orang lain untuk membacanya, adalah sebuah kebaikan yang sudah dilakukan. Orang akan senang jika tulisan itu berguna dan bermanfaat, sehingga bisa membangkitkan semangat dan juga rasa penasaran akan tulisan tersebut untuk dibaca.


Tulisan juga bisa bermanfaat untuk memberi pengetahuan, memberi informasi dan memberi pesan, masukan serta motivasi. Tulisan bisa membangkitkan semangat orang, bisa merubah kehidupan orang dan bisa juga memberi inspirasi. Tulisan yang baik akan berasal dari orang-orang baik pula, orang yang menulis dengan baik dan membagikannya, telah melakukan nilai-nilai kebaikan yang bisa bermanfaat bagi orang lain.


Orang yang membaca tulisan tersebut kemudian bisa menjadi motivasi, merubah kehidupan, dan membangkitkan semangat sebenarnya telah merasakan nilai kebaikan dari tulisan tersebut.


Pengetahuan yang baik, informasi penting, inspirasi yang membangkitkan, bisa diperoleh dari tulisan. Makanya tulisan sangat penting untuk di tulis, di bagikan dan di baca untuk di pahami. Tulisan yang baik adalah tulisan yang bisa dibaca dan dipahami, dimengerti, kemudian bisa bermain bagi yang membacanya. Orang yang membaca akan memahami isi atau intisari dari tulisan tersebut.


Membuat tulisan adalah pekerjaan mulia, dengan menulis yang baik, adalah melakukan pekerjaan kebaikan, dan kebaikan itu bisa bermanfaat dan berguna bagi orang yang membaca tulisan tersebut. Untuk siapa saja pengguna sosial media, berkesempatan melakukan kebaikan dengan menulis dan membagikan kepada mereka yang membutuhkan tulisan tersebut.

Jangan berhenti menulis tentang kebaikan kemudian membagikan kepada orang lain, sebab menulis yang baik, adalah kebaikan yang telah dilakukan untuk orang lain. Teruslah menulis, teruslah membagikan tulisan selagi masih ada kesempatan untuk melakukannya. Semua orang punya kesempatan untuk menulis, maka pergunakan itu dengan baik untuk menulis.


Tulisan yang baik dan berkesan, akan selalu diingat dan menjadi pedoman, menjadi motivasi, menjadi inspirasi, menjadi informasi dan pengetahuan bagi yang memerlukanya. Tulisan yang baik adalah perbuatan baik, karena bisa bermanfaat dan berguna, oleh karena itu jangan bosan untuk menulis, jangan berhenti menulis, teruslah menulis dan berbagi.

BELAJAR DARI ORANG LAIN

BELAJAR DARI ORANG LAIN

 

Tips Belajar dari Orang Lain

JOURNAL-TAKO / Apakah salah jika belajar dari orang lain, tentunya tidak salah, selama yang dipelajari itu, hal yang positif, bisa berguna dan bermanfaat bagi pengembangan diri. Tidak ada yang salah jika berguru kepada orang yang dianggap paling tua. Ilmu itu bisa didapat dengan cara belajar kemudian dicoba atau di praktekan. ( 06 Juli 2023)


Orang yang mau belajar pada orang lain menunjukan bahwa orang tersebut ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya, sehingga untuk mengetahui maka Ia mau belajar dari orang lain. Dibutuhkan kesabaran dan kemauan yang tinggi untuk belajar pada orang lain, tapi juga diperlukan kerendahan hati untuk mau belajar pada orang lain yang dianggap mampu.


Setiap orang tentunya telah diberikan kelebihan masing-masing dengan porsi dan ukuran yang berbeda-beda dan tidak sama. Ada ukuran yang kecil, sedang dan besar, sesuai kesiapan mendapatkanya. Di tengah-tengah kelebihannya pastilah juga ada kekurangannya, dan kekurangan itu bisa di lengkapi dengan belajar, berjuang dan berusaha untuk melengkapinya.


Salah satu cara untuk melengkapi kekurangan itu adalah belajar kepada orang lain yang dianggap bisa mampu melengkapi kekurangan tersebut, sehingga sangatlah penting jika berguru kepada orang lain. Kadang karena kesombongan, angkuh dan ego membuat seseorang sulit sekali mengakui atau menyadari kekurangan dan sulit mengakui kelebihan orang lain.


Kadang karena angkuh dan ego nya sehingga membuatnya tidak mau belajar atau berguru kepada orang lain, dan yang muncul adalah iri hati dan kebencian terhadap orang yang memiliki kelebihan tertentu. Belajar dan berguru kepada orang lain yang lebih tahu, banyak ilmu dan banyak pengalamannya adalah hal yang sangat positif, di mana ada hal-hal baru yang bisa di dapat dari proses belajar tersebut.


Jika ingin mendapatkan ilmu dari orang lain dengan proses belajar, maka buanglah rasa ego, dan tinggi hati. Hendaklah miliki kerendahan hati, niat yang baik serta tekad untuk belajar pada orang lain. Tidak ada yang salah, tidak harus malu jika belajar pada orang lain, sepanjang orang tersebut mau dan bersedia berbagi dalam memberi ilmu atau pengetahun serta informasi yang bermanfaat.


Belajar pada orang lain, tidak membuatmu menjadi rendah, tidak membuatmu harus minder atau tidak membuatmu merasa bodoh, justru menunjukan bahwa anda ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui.


Dengan demikian maka, belajar dan berguru kepada orang lain, tidak ada salahnya, justru itu perbuatan yang positif dan baik untuk dilakukan sepanjang itu bermanfaat bagi pengembangan diri.

 GURU ORANG KEI DI PAPUA BARAT DARI KEGELAPAN MEMBAWA TERANG

GURU ORANG KEI DI PAPUA BARAT DARI KEGELAPAN MEMBAWA TERANG

 

JOURNAL-TAKO / Sekitar tahun 1920, Guru orang Kei atau suku Kei sudah hadir di Tanah Papua atau tanah New Guinea, dan khusus di wilayah selatan Papua sekitar Merauke hingga fak-fak dan menyebar hingga seantero Tanah Papua. (02 Mei 2023)


Kedatangan mereka bagaikan Misionaris yang datang membuka tabir kegelapan khusus pada dunia pendidikan. Orang Kei datangnya dari Maluku bagian selatan bersama para Misionaris Katolik yang pada saat itu datang menyebarkan injil Tuhan di tanah New Guinea pada saat itu.


Para Misionaris yang dari Eropa antara Jerman dan Belanda ke Papua, untuk menyebarkan injil, namun karena kekurangan tenaga pengajar maka Misionaris ini meminta bantuan orang Key agar bisa ke Papua datang untuk membantu sebagai tenaga pengajar.


Dengan meninggalkan kampung halaman, tanah kelahiranku, tanah tumpa darah Maluku tercinta, Guru orang Kei menuju daratan Papua untuk meletakan dasar peradaban bagi orang Papua yang pada saat itu masih terbelenggu oleh kegelapan dan primitif.


Guru Key begitu lugu dan polos tanpa memikirkan apa yang akan didapatkan, mereka dengan sukarela, mereka dengan tulus dan ikhlas, mengabdikan diri, berkorban waktu, tenaga dan pikiran bahkan taruhan nyawa untuk mengabdikan diri di Tanah Papua.


Guru orang Kei yang datang pada saat itu, mereka tidak cari harta, tidak cari kekayaan, tidak mengejar jabatan,tidak mengejar kedudukan. Hanya satu tujuan kedatangan mereka ke Bumi Papua yaitu meletakan dasar pendidikan dan dasar peradaban.


Mengabdi pada wilayah yang masih gelap gulita, masih hutan rimba, pada manusia yang masih kanibal dan sangat primitif. Rela mengorbankan nyawa mereka demi mencerdaskan anak-anak Papua pada saat itu yang masih belum dapat sentuhan dan pelayanan sama sekali.


Melalui hutan rimba, mengarungi sungai dari hilir ke hulu, menyerang lautan, mendaki gunung dan bukit, melewati lembah yang curam, para guru orang Kei ini melakukanya demi niat tulus dan suci demi pekerjaan kemanusiaan dan pelayanan bagi orang Papua.


Pengabdian mereka hanya di bayar dengan ucapan terimakasih, Guru orang Kei tidak dibayar dengan uang yang mahal, tidak di kasih jabatan yang sepadan,tidak di kasih fasilitas mewah, tidak di bangunkan rumah mewah, namun Guru orang Key tidak mengeluh, tidak bersungut-sungut, mereka tetap mengabdi.


Guru orang Key ke Papua tidak mencari makan, tidak mencari tanah, di Kei masih banyak makanan yang melimpah, tanah yang luas, kekayaan alam, ikan segar yang banyak, namun semua itu di tinggalkan di Tanah leluhur Kei, dan menyebrang lautan ke Papua demi meletakan dasar perubahan dengan pendidikan.


Guru orang Kei, di kenal dengan tegas, disiplin, tapi penyayang. Mereka rajin mengajar, mereka giat mengejar, hingga apa yang mereka kerjakan harus membuahkan hasil. Mereka selain mengajar tapi juga memberitakan injil Tuhan membantu para misionaris di tanah Papua.


Mereka jauh dari kemewahan, jauh dari kemapanan, jauh dari hidup enak, guru orang Key pada saat itu bertaruh nyawa, dengan segala keterbatasan, dengan segala kekurangan, namun mereka sabar dan terus bertahan untuk tetap mengabdi bagi orang Papua pada waktu itu.


Jasa guru orang Kei di tanah Papua begitu besar, mereka hadir sebelum Indonesia merdeka, mereka datang bukan karena uang, mereka datang bukan untuk mendapat pujian, mereka datang bukan untuk menguasai Papua, namun mereka datang karena ada rasa CINTA.


CINTA yang tulus dari Guru orang Kei kepada orang Papua telah dinyatakan dengan datang langsung mengabdi, mengajar, memberi ilmu bahkan peletakan dasar peradaban dengan cinta kasih yang tulus dan ikhlas tanpa membedakan suku,warna kulit dan rambut.


Tidak ada harta dan uang yang bisa membalas jasa baik mereka Guru orang Kei atas pengabdian mereka di Papua. Mereka orang-orang hebat yang mengorbankan waktu dan tenaganya demi mencerdaskan generasi Papua tanpa rasa lelah dan rasa jenuh.


Mereka adalah Pahlawan tanpa tanda jasa, mereka terlupakan jasanya, mereka adalah orang-orang hebat yang di lupakan jasa mereka. Mereka orang hebat yang tidak diakui, mereka adalah orang-orang hebat yang tidak membutuhkan pengakuan, sebab mereka begitu ikhlas mengabdi.


Sudah banyak generasi Papua yang di hasilkan oleh Guru orang Key, sudah banyak pejabat yang mereka hasilkan dari didikan dan pengajaran mereka. Guru orang kei punya andil yang besar terhadap pendidikan di Papua dan telah menghasilkan banyak SDM Papua.


Begitu banyak pusara yang tidak tercatat namanya, begitu banyak batu nisan yang pudar warnanya, bahkan begitu banyak tulang belulang yang berserakan di Tanah Papua dari para pahlawan guru Key di Papua, mereka mengabdi hingga menjadi tanah dan debu yang menyatu di Papua.


Bagaikan kamboja-kamboja putih yang berguguran di atas pusara tak bernama, engkau tak dikenang namamu pada bunga bangsa, engkau terlupakan jasa mu pasa pada lembaran sejarah, namun tetap terukir pengabdianmu pada sang khalik pemilik kehidupan.


Demikian tulisan ini saling meningkat dedikasi guru sebagai orang tua, aspirasi kami secara insan bentuk lusi. Terima Kasih guru orang Kei, kalian orang-orang hebat yang bekerja dalam diam pada masanya tutup

 IDENTIFIKASI MORFOLOGI RUMAH TRADISIONAL HONAI

IDENTIFIKASI MORFOLOGI RUMAH TRADISIONAL HONAI

illustration home Honai building Papuan 

JOURNAL-TAKO / Jurnal ini sebelumnya publikasi oleh nullhttp://e-journal.uajy.ac.id hasil riset saudara Penus Tabuni Universitas Atma Jaya Yogyakarta penulis mengambil studi kasus:

Rumah Honai Penelitian fokus pada morfologi rumah tradisional memiliki karakter dan kekhasan sendiri. 

Karakteristik tersebut dapat dilihat dari morfologi rumah perubahan-perubahan Honai tercantum di dalamnya memiliki nilai filosofis bermakna kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Rumah Honai kampung Gome terdiri tiga massa bangunan yaitu "Kunu Honai laki-laki”, “Nduk honai perempuan”, dan “ Oliya atau lakame merupakan kandang ternak atau dapur”. 

Tujuan mengenali diri tentang identifikasi morfologi bentuk keaslian mengalami perubahan-perubahan tersebut terlihat dari karya arsitektur yang diukur perspektif filsafat manusia,

sehingga mengetahui morfologi rumah tradisional adanya nilai-nilai culture yang mendasari ungkapan tersebut terkandung dalam mewujudkan karya arsitektur Papua. 

Tulisan ini tujuan untuk mengeksplorasi dan mendapatkan perubahan Honai Sehat, yang kesesuaian dengan prinsip arsitektur tradisional pada perancangan bangunan yang digunakan

pendekatan metode kualitatif gunanya untuk mengumpulkan data berdasarkan metode prosedural dijadikan studi analisis. 

Dari hasil pembahasan orang Lani budaya membangun rumah tradisional di daerah pegunungan tengah Papua memiliki pengetahuan sendiri, mengenai tata cara membangun rumah. Membangun rumahnya berlaku wilayah adat Lapago.

Ada juga beberapa persiapan yang sering diperlukan sebelum mendirikan rumah tradisional dibangun beberapa bentuk rumah tradisional tiga jenis bangunan, 

perbedaannya adalah ketika memaknai fungsi rumah tradisional Honai sendiri mengalami perubahan - perubahan signifikan, melihat dari elemen-elemen arsitektur lokal transformasi ke dalam arsitektur modern, sehingga memudahkan identifikasi morfologi rumah yakni: 

Pertama, rumah tradisional laki-laki “Kunu”, adalah honai laki-laki. Kedua, rumah tradisional Perempuan “Nduk”, adalah honai perempuan. Ketiga, rumah tradisional ternak serta dapur “Lakame”, yang digunakan kandang ternak serta dapur. 

Kesimpulan penulis disimpulkan bahwa aspek-aspek perubahan tersebut peneliti merumuskan konsep honai sehat, pada perancangan morfologi rumah yang digunakan bentuk rumah tradisional (honai) sekarang diadaptasi oleh modernisasi,

mewujudkan karakter sosial dan budaya pada bentuk material yang digunakan dalam rancangan honai sehat. (Tutup)

Sumber: http://e-journal.uajy.ac.id/29775/

KONSERVASI ARSITEKTUR TRADISIONAL HONAI

KONSERVASI ARSITEKTUR TRADISIONAL HONAI

 


JOURNAL-TAKO / Lata belakang perbedaan rumah tradisional Honai beberapa suku di pegunungan tengah, Papua telah menunjukkan, bahwa rumah Honai suku Dani wilayah Lembah Baliem Wamena, dibagi menjadi beberapa wilayah yaitu suku La-pago dan suku Mee pago yang di dalamnya sub suku. (18/10-2023)


Rumah Honai dibangun tujuan peletakan tempat tinggal atau tempat menyimpan alat-alat berburu, tempat mendidik, membina, dan menasehati anak-anak generasi penerus di sukunya. 


Orang Lani pada umumnya memiliki pengetahuan tersendiri membuat sesuatu berdasarkan kegiatan yang dilakukan orang Lani hidup martahabat membangun rumah tidak sembarang tempat ”. 


Seperti "daerah terlarang maksudnya daerah rawan sering mengalami kelongsoran, daerah pertanian di perkebunan atau lingkungan hutan melindung. 


Berhubungan dengan ini pak Sofyan mengemukakan bahwa, “orang Lani tidak pernah cerobooh, selalu mempertimbangkan secara dalam dan matang tentang bermacam-macam risiko.


Bahkan nenek moyang orang Lani sejak dahulu. Tidak pernah mengalami berpindah ke tempat yang lain. Tetapi, memperkenalkan diri dari dusun. Tanah mereka dan segala-galanya. 


Sebab orang Lani dalam membangun rumah Honai posisi pintu yang sangat terarah dibertepatan dengan matahari terbit dan terbenam ”.


“ Suku Lani membangun rumah sering menggunakan material dari kayu keras kualitas bisa bertahan lama seperti “ Ngi ” kayu keras, membuat “ kobar ” papan cincang dan “ munduh ” balok penahan beban tekanang dari gaya vertikal dan gaya horizontal, 


kalau mengalami gemba, maka beban tersebut mudah bertahan, “pelan mbili-bolo” bisa di sebutkan balok, rangka atap ukuran ekonomis, papan yang tapak dinding secara vertikal, 


tali serat dari “ pohon hutan ” adalah tali alami yang dipital baik dengan menggunakan tangan manusia, dan “onger ” alang-alang dipilih khusus yang berkualitas dan bisa bertahan lama. 


Kemudian rumah Honai terdapat ada empat “ pilar ” yaitu tiang penguat dari kayu panjang monumen ini terdiri empat yang berdiri kokoh dengan megahnya ”. 


2 memilih kayu khusus. Sedangkan kabupaten Puncak adalah kabupaten terletak wilayah Pegunungan Tengah. Provinsi Papua, Indonesia. 


Kabupaten ini bentuk pada tanggal 4 januari 2008 berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 2008, bersama dengan pembentukan 5 kabupaten lainnya provinsi Papua. Kabupaten Puncak. 


Terlatak Pegunungan Chartenz. Sehingga, kota Ilaga memiliki jarak sekitar 80 kilometer perjelanan dalam kota suatu keunikan sebagai daerah pedalaman hutan rimba


pegunungan tersebut dengan ketinggian 800 cm di atas permukaan laut dan daerah permukiman. Kota Ilaga keunikannya yaitu kota beriklim tropis dan sejuk mudan mencapai. (Kuhn, 1967) 

Penerapan Simbolisasi Noken Dalam Desain Bentuk Pusat Budaya Papua di Nabire

Penerapan Simbolisasi Noken Dalam Desain Bentuk Pusat Budaya Papua di Nabire

 

JOURNAL-TAKO / Jurnal Hasil riset salah satu mahasiswa arsitektur merupakan karya tugas akhir ia fokus dengan judul: Penerapan Simbolisasi Noken Pada Desain Bentuk Pusat Budaya Noken Papua di Nabire. (18/10/2023)


Noken orang Papua merupakan budaya asli yang sedang berkembang di tanah Papua barat dengan beragam ciri khas masing-masing. Noken sendiri tidak hanya sekedar terwujud tas untuk fungsi wadah. Namun, selebihnya memiliki nilai filsafat tinggi yang mendasar kehidupan orang Papua. 

Noken tersebut ditetapkan oleh UNESCO menjadi warisan budaya dunia tak benda, namun bermunculan sebagai permasalahan yang sangat berpotensi menggerakan, gunannya untuk  menghilangkan noken orang Papua dengan segala makna filosofinya. 

Atas dasar itulah diperlukan kehadiran Pusat budaya noken Papua Ibukota Provinsi Papua Tengah pemekaran baru dari Provinsi Papua untuk dapat pengawalan, pengembangan, pelatihan dan edukasi tradisional terhadap noken Papua di Papua tengah, secara arsitektural desain bentuk bangunan pusat budaya Nabire berkonsep simbolisasi terhadap noken anggrek dan rumah Honai. 

Hal tersebut dimaksudkan agar terwujudnya Pusat Budaya Noken Papua menjadi simbol yang menyiratkan bahwa di dalamnya terdapat aktivitas pelestarian dan pengembangan noken Papua. Untuk mencapai desain simbol tersebut dipilih metode simbolisasi denotatif.

Bayangkan kehadiran bangunan gedung Pusat budaya Noken Papua di ibukota Provinsi Papua Tengah dengan segala aktivitasnya dapat melestarikan, mengembangkan noken Papua dan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat Papua tentang noken Papua sebagai karya bangsa dan identitas orang asli Papua. 

Negara Kepulauan Republik Indonesia (NKRI) memiliki kekayaan adat istiadat bangsa luar biasa banyaknya dan berbagai ragamnya dari Sabang sampai Merauke (Kartika, Dharsono Sony, 2007).

Salah satu hasil dari kebudayaan itu adalah Noken Papua menurut (Safei Ricardo Desima. 2017; Titus Pekei. 2012). Noken merupakan instrumen penting ketika internalisasi nilai budaya Papua yang menjatuh dalam kehidupan masyarakat  orang asli Papua. 

Salah satu budaya karya asli yang kaya raya akan budaya Indonesia nilai paling tinggi bahkan telah ditetapkan sebagai warisan dunia pada 04 desember 2012, oleh PBB untuk bidang pendidikan, keilmuan dan kebudayaan UNESCO adalah noken dari Papua (https://ich.unesco.org/2012)

Penetapan ini sekalingus sebagai bentuk pengakuan dunia terhadap noken dengan segala nilai yang terkandung di dalamnya. Masyarakat Papua pada umumnya patut berbangga atas pengakuan ini, karena akan berdampak pada kelestarian pengenalan noken secara mendunia. 

Secara fisik noken adalah tas atau kantong yang berfungsi sebagai wadah untuk mengisi, menyimpan dan membawa barang maupun anak. 

Berbagai jenis noken tersebar hampir diseluruh wilayah Papua. Menurut Otniel Safkaur, dkk, (2021) noken tersebar dan dimiliki oleh lebih dari 250 suku di Papua. Walaupun secara fisik noken hanya berupa tas namun memiliki nilai-nilai filosofi tinggi yang hidup dan terimplementasi dalam kehidupan keseharian masyarakat Papua. 

Nilai-nilai filosofi di dalam noken tersebut adalah nilai-nilai moral dan etika kehidupan yang diterapkan pada petunjuk Tuhan Sang Pencipta. Sementara itu nilai filosofis noken menurut Oly Viana Agustine (2019) mengandung arti sebagai kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan. 

Di sisi lain Hugo Warami (2015) dalam Oly Viana Agustine (2019) menyatakan adanya simbol-simbol yang bermakna filosofis, yaitu simbol hubungan, kekeluargaan, identitas, perlindungan, ekonomi, kehidupan, estetika, dan spontanitas, kejujuran, keterbukaan, dan transparansi. 

Sementara itu Avelinus Lefaan (2022) mengungkapkan adanya lima nilai keutamaan yang terkandung dalam filosofi noken bagi masyarakat Papua, yaitu keselarasan, lambang kesuburan, pemersatu suku dan bangsa, pandangan hidup bersama, dan melekatkan batin masyarakat Papua. 

Meskipun noken sangat mengakar di Papua dan telah menjadi nadi kehidupan maupun telah mendapatkan pengakuan dari Unesco, namun terdapat beragam masalah yang mengancam akan mengancam keberadaan dan perkembangan noken di masa depan. 

Permasalahan yang dapat ditelusur antara lain kurangnya pendataan tentang noken, informasi noken, klasifikasi noken, tenaga kerja, tenaga ahli, manajemen pemasaran produk noken, regenerasi pengrajin dan lain sebagainya.

Permasalahan tersebut muncul karena tidak ada pihak yang secara khusus mengelola dan bertanggung jawab terhadap keberadaan noken. Sementara itu pengaruh modernisasi juga menjauhkan masyarakat dari noken.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan suatu wadah yang secara khusus bertugas mengelola noken untuk kelestarian dan pengembangannya. 

Upaya tersebut didasarkan juga atas Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Takbenda melalui Peraturan Pemerintah no. 78 tahun 2007 tentang budaya tak benda.

Wadah pengelola noken tersebut berupa “Pusat Budaya Noken Papua” di kabupaten Nabire. Secara spesifik Pusat Budaya Noken Papua di Nabire harus mampu sebagai penjaga, pelestari, dan sebagai pusat pendidikan, pelatihan, dan pembinaan noken.

Secara arsitektural Pusat Budaya Noken Papua di Nabire ini akan menerapkan bentuk noken dan honai. Bentuk noken dipilih sebagai upaya simbolisasi terhadap fungsi pelestarian, pemeliharaan, pengembangan, pendidikan, pelatihan dan pembina terhadap noken Papua di Pusat Budaya Noken Papua. 

Sementara itu bentuk honai dipilih untuk mendekati bentuk arsitekturnya sebagai upaya kontekstualisasi terhadap arsitektur rumah honai yang merupakan arsitektur khas Papua.

Harapannya adalah bahwa keberadaan Pusat Budaya Noken Papua akan menjadikan noken lestari dan berkembang sebagai kekhasan budaya masyarakat Papua di Nabire. Artikel ini sebelumnya publikasi https://ejournal.widyamataram.ac.id/index.php/pendapa/article/view/867/430 

Con tecnologรญa de Blogger.