Pulau ini terjual kepada kaum pemodal |
JOURNAL-TAKO / Atas nama pembangunan untuk kesejahteraan akhirnya sumber daya alam negara ini harus di gade, di jual kepada kaum pemodal, SDA di jual kepada Negara Luar untuk menguasainya. (5 September 2023)
Fakta hari ini bahwa yang sejahtera, yang bahagia, yang menikmati hasil pengelolaan SDA itu hanya segelintir orang, kaum elit, pemegang kekuasaan, mereka itulah yang sejahtera.
Hukum dan undang-undang dibuat untuk melindungi mereka yang memiliki banyak uang dan mengatur kekuasaan, aturan melindungi setiap kekuasaan, melindungi mereka yang membuatnya.
Negara ini di gede sama mereka yang merasa bahwa Negara ini hanya milik mereka, dan mereka bisa bebas, seenaknya untuk mengaturnya, seenaknya mengolahnya, seenaknya menjualnya demi keuntungan yang akan didapatkan.
Tak peduli apapun resikonya, tak peduli apapun akibatnya, yang penting adalah keuntungan yang didapatkan, yang terpenting adalah bisa mendapatkan uang, bisa memperoleh kemudahan, dan juga fasilitas yang diinginkan.
Sekelompok orang yang mengatasnamakan Rakyat banyak, mengatasnamakan bangsa dan Negara, melakukan apa saja yang mereka inginkan tanpa kompromi dengan rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi.
Rakyat hanya dijadikan alasan, kesejahteraan rakyat dijadikan rujukan untuk penguasaan SDA, padahal semua itu penuh kebohongan, hanyalah kepalsuan dan tidak ada yang terwujud.
Rakyat terus menderita, rakyat terus terpinggirkan, tergusur, sementara kelompok penguasa terus berkuasa, berjaya, sejahtera, kaya raya, dan seterusnya.
Rakyat yang melawan, menuntut haknya, di cap dengan kata teroris, separatis, pembangkang, penghambat pembangunan, kemudian berhadapan dengan hukum dan aturan yang dibuat hanya untuk melindungi kerakusan akan kekuasaan.
Rakyat dibuat tidak berdaya, penuh ketakutan, sehingga tidak mampu melawan, tidak mampu protes. Peluru dan senjata siap menanti, penjara siap mengurung bagi rakyat yang melakukan aksi dan protes akan haknya.
Rakyat yang menuntut haknya, menuntut keadilan, menuntut kebenaran, harus berhadapan dengan para serdadu, harus berhadapan dengan hukum, harus berhadapan dengan moncong senjata.
Rakyat semakin menderita dan sengsara, sementara para penguasa sibuk menumpuk kekayaan, harta, memperkokoh kekuasaan, berpesta pora, tanpa memperdulikan rakyat yang lagi menderita dan sengsara.
Banyak rakyat yang tidak punya rumah yang layak dihuni, dibebankan dengan kredit rumah yang mencekik dan hanya menguntungkan para developer dan perbankan, rumah subsidi pun tidak layak dihuni seperti yang diharapkan.
Krisis pangan, harga pupuk dan obat-obatan, membuat harga pangan menjadi mahal, petani mengalami kesulitan mendapat pupuk dan obat-obatan, produksi menurun dan terjadilah inflasi.
Akses mendapat modal bagi pelaku usaha menjadi sulit, suku bunga yang tinggi membuat para kreditor tercekik lehernya, para mafia Bank terus melakukan aksinya tanpa peduli kepada mereka yang lagi kredit.
Jumlah orang miskin terus bertambah karena sebuah sistem yang tercipta, anak putus sekolah juga makin bertambah, angka kematian bagi orang miskin terus meningkat, karena gizi buruk dan biaya rumah sakit yang selangit.
Keadaan menjadi sulit, dampak krisis global terus menghantam perekonomian yang berdampak pada setiap sendi kehidupan dasar manusia, namun tidak ada solusi konkrit dari Negara untuk mengatasinya.
Penguasa sibuk dengan merebut kekuasaan dan juga mempertahankanya, rakyat tidak di urus, di biarkan menderita, kelaparan, sakit-sakitan, hingga mati dalam keadaan yang sungguh memprihatinkan.
Negara yang di bangun karena ada rakyat sebagai subyek utama pembangunan dan kesejahteraan. Terbalik rupanya, hari ini rakyat terus menderita dan para penguasa terus berjaya dan sejahtera, itulah fakta hari ini.
Atas nama pembangunan untuk kesejahteraan akhirnya sumber daya alam negara ini harus di gade, di jual kepada kaum pemodal, SDA di jual kepada Negara Luar untuk menguasainya.
Fakta hari ini bahwa yang sejahtera, yang bahagia, yang menikmati hasil pengelolaan SDA itu hanya segelintir orang, kaum elit, pemegang kekuasaan, mereka itulah yang sejahtera.
Hukum dan undang-undang dibuat untuk melindungi mereka yang memiliki banyak uang dan mengatur kekuasaan, aturan melindungi setiap kekuasaan, melindungi mereka yang membuatnya.
Negara ini di gede sama mereka yang merasa bahwa Negara ini hanya milik mereka, dan mereka bisa bebas, seenaknya untuk mengaturnya, seenaknya mengolahnya, seenaknya menjualnya demi keuntungan yang akan didapatkan.
Tak peduli apapun resikonya, tak peduli apapun akibatnya, yang penting adalah keuntungan yang didapatkan, yang terpenting adalah bisa mendapatkan uang, bisa memperoleh kemudahan, dan juga fasilitas yang diinginkan.
Sekelompok orang yang mengatasnamakan Rakyat banyak, mengatasnamakan bangsa dan Negara, melakukan apa saja yang mereka inginkan tanpa kompromi dengan rakyat sebagai pemilik kedaulatan tertinggi.
Rakyat hanya dijadikan alasan, kesejahteraan rakyat dijadikan rujukan untuk penguasaan SDA, padahal semua itu penuh kebohongan, hanyalah kepalsuan dan tidak ada yang terwujud.
Rakyat terus menderita, rakyat terus terpinggirkan, tergusur, sementara kelompok penguasa terus berkuasa, berjaya, sejahtera, kaya raya, dan seterusnya.
Rakyat yang melawan, menuntut haknya, di cap dengan kata teroris, separatis, pembangkang, penghambat pembangunan, kemudian berhadapan dengan hukum dan aturan yang dibuat hanya untuk melindungi kerakusan akan kekuasaan.
Rakyat dibuat tidak berdaya, penuh ketakutan, sehingga tidak mampu melawan, tidak mampu protes. Peluru dan senjata siap menanti, penjara siap mengurung bagi rakyat yang melakukan aksi dan protes akan haknya.
Rakyat yang menuntut haknya, menuntut keadilan, menuntut kebenaran, harus berhadapan dengan para serdadu, harus berhadapan dengan hukum, harus berhadapan dengan moncong senjata.
Rakyat semakin menderita dan sengsara, sementara para penguasa sibuk menumpuk kekayaan, harta, memperkokoh kekuasaan, berpesta pora, tanpa memperdulikan rakyat yang lagi menderita dan sengsara.
Banyak rakyat yang tidak punya rumah yang layak dihuni, dibebankan dengan kredit rumah yang mencekik dan hanya menguntungkan para developer dan perbankan, rumah subsidi pun tidak layak dihuni seperti yang diharapkan.
Krisis pangan, harga pupuk dan obat-obatan, membuat harga pangan menjadi mahal, petani mengalami kesulitan mendapat pupuk dan obat-obatan, produksi menurun dan terjadilah inflasi.
Akses mendapat modal bagi pelaku usaha menjadi sulit, suku bunga yang tinggi membuat para kreditor tercekik lehernya, para mafia Bank terus melakukan aksinya tanpa peduli kepada mereka yang lagi kredit.
Jumlah orang miskin terus bertambah karena sebuah sistem yang tercipta, anak putus sekolah juga makin bertambah, angka kematian bagi orang miskin terus meningkat, karena gizi buruk dan biaya rumah sakit yang selangit.
Keadaan menjadi sulit, dampak krisis global terus menghantam perekonomian yang berdampak pada setiap sendi kehidupan dasar manusia, namun tidak ada solusi konkrit dari Negara untuk mengatasinya.
Penguasa sibuk dengan merebut kekuasaan dan juga mempertahankanya, rakyat tidak di urus, di biarkan menderita, kelaparan, sakit-sakitan, hingga mati dalam keadaan yang sungguh memprihatinkan.
Negara yang di bangun karena ada rakyat sebagai subyek utama pembangunan dan kesejahteraan. Terbalik rupanya, hari ini rakyat terus menderita dan para penguasa terus berjaya dan sejahtera, itulah fakta hari ini.