Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman
"MESKIPUN kebohongan itu lari secepat kilat, satu waktu kebenaran itu akan mengalahkannya."
Pepatah Belanda yang kerap diucapkan alm. Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahetapy biasa disapa Prof. JE Sahetapy dalam setiap debat di forum-forum Hukum yang disiarkan
Tidak ada mata pelajaran sejarah Papua Barat di sekolah-sekolah di seluruh Tanah Papua Barat dari Sorong-Merauke
Apakah ada mata pelajaran Papua Barat Merdeka, terutama pelajaran sejarah bangsa Papua Barat di dalamnya tentang bendera Bintang Kejora yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Tingkat Atas?
Pertanyaan ini muncul di hati dan pikiran saya ketika saya menonton video yang dikirim kepada saya tentang luapan sukacita dan kegembiraan siswa SMA dan SMU dalam bentuk parade atau pawai setelah mendengarkan hasil kelulusan mereka.
Peristiwa ini terjadi di kabupaten Nabire pada Jumat, 5 April 2023. Dalam parade atau pawai spontan itu terlihat di baju mereka dibuat gambar bendera Bintang Kejora, bahkan ada yang bentangkan bendera Bintang Kejora di atas kendaraan bermotor.
Mengapa ada nasionalisme dan ideologi Papua Barat Merdeka begitu subur dan kuat bertumbuh dalam hidup rakyat dan bangsa Papua Barat, walaupun buku-buku sejarah bangsa Papua Barat telah dibakar oleh bangsa kolonial modern Indonesia?
Siapa yang salah? Apakah orang tua yang salah? Apakah guru yang salah? Atau negara yang salah? Apakah sejarah yang salah?
Hasil studi saya, ideologi dan nasionalisme bangsa Papua Barat tidak diajarkan di SD, SMP, SMU, dan Perguruan Tinggi (PT).
Sebaliknya, Ideologi dan nasionalisme bangsa Indonesia diajarkan kepada bangsa Papua sejak 1 Mei 1963 sampai sekarang dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (PT).
Pada 29 Mei 2023, saya menulis hasil riset saya dengan artikel berjudul: IDEOLOGI SOSIALISME BANGSA CHINA DAN IDEOLOGI SOSIALISME BANGSA PAPUA BARAT."
Dalam artikel ini, saya menulis intisari dari "DI PAPUA BARAT ADA IDEOLOGI GANDA DAN NASIONALISME GANDA."
Setelah saya mempelajari dan mengikuti dari berbagai sumber dan dari kehidupan nilai-nilai kebudayaan, sosial dan politik rakyat dan bangsa Papua Barat, kami menjadi korban atau dikorbankan oleh bangsa Indonesia dengan ideologi asing mereka. Bangsa Indonesia memaksakan kami untuk menerima ideologi dan nasionalisme mereka.
Kami dipaksakan menerima ideologi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, Bendera merah putih, lagu Indonesia raya dan kepalsuan sejarah mereka, pahlawan mereka dan hampir semua yang asing dipaksakan untuk rakyat dan bangsa Papua Barat menerimanya.
Dalam upaya untuk membebaskan diri dari semua yang asing dan palsu itu, saya berusaha melakukan studi tentang nilai-nilai kebudayaan rakyat dan bangsa Papua Barat. Karena, bangsa Papua Barat terdiri dari 250 suku, maka saya studi dari suku saya sendiri, yaitu suku Lani.
Bangsa Indonesia menanam Ideologi dan Nasionalisme mereka seperti ada tertulis dalam Kitab Suci, Alkitab.
Perumpamaan tentang penabur dicatat dalam: Matius 13:1-8, Markus 4:1-9, dan Lukas 8:4-8. Sebagai titik awal, kita akan melihat apa yang dicatat oleh Lukas.
Lukas 8:4-8
"Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya".
(1) "Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
(2) "Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air."
(3) "Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati".
(4) "Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat."
Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Ideologi dan nasionalisme diajarkan di sekolah-sekolah dan ada minta hafal Pancasila, UUD 1945, lagu Indonesia raya, bendera merah putih dan lain-lain.
Pertanyaan saya sebagai berikut:
1. Apakah bangsa Indonesia menanam ideologi dan nasionalisme di atas dipinggir jalan, berbatu-batu, semak duri?
2. Apakah bangsa Indonesia menanam ideologi dan nasionalisme di atas tanah yang baik dan subur?
Ideologi harus diselesaikan dengan pendekatan ideologis yaitu dengan perundingan damai, bukan dengan kekerasan. Pendekatan kekerasan dapat menyuburkan dan memupuk ideologi lebih kuat, melahirkan kekerasan yang paling kejam dan tinggalkan luka dan penderitaan panjang.
Indonesia gagal membangun Papua Barat, gagal memenangkan hati OAP, tetapi sukses menghidupkan ideologi dan nasionalisme dan passionizme atau penderitaan kolektif yang menahun atau kronis dalam kehidupan seluruh rakyat dan bangsa Papua Barat.
Obatnya, perundingan damai yang setara dimediasi pihak ketiga di tempat netral, contoh terbaik, GAM-Aceh dijadikan mitra dialog damai Indonesia di Helsinki pada 15 Agustus 2005.
Doa dan harapan penulis, artikel pendek ini memberikan pencerahan.
Waa...Waa...Wa......
Ita Wakhu Purom, 18 September 2023
Penulis:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP).
+++++
Kontak: 08124888458/08128888712