JOURNAL-TAKO / Yuliana Langowuyo yang juga selaku Direktur Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC ) Fransiskan Papua menilai Saat ini Papua ada dalam 2 kondisi yang sangat mengerikan:
Pertama,Yuliana mengatakan Konflik bersenjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI).Kedua aktor ini melakukan saling baku kontak Senjata yang berujung pada pengungsian warga sipil yang masif yang kemudian mereka kehilangan akses ke hak-hak dasar seperti pendidikan dan kesehatan,dan bahkan jatuh korban dari kedua pihak yang bertikai maupun warga sipil.
Kedua,warga sipil yang berhadapan langsung dengan Militer Indonesia demi memperjuangkan tanah-tanah adat mereka yang dirampas negara dengan kekuatan aparat militer yang berlebihan.
Dua kondisi ini memperparah situasi di Papua hingga hari ini.
Selain itu, Yuliana juga melihat pemaksaan Otonomi khusus (Otsus) dan Daerah Otonomi Baru (DOB) di Papua sebagai sebuah ancaman terhadap keberadaan masyarakat Papua. Dengan adanya DOB membuka peluang untuk markas Militer dari Pangdam, Polda,Kodim,Kapolsek,Koramil dan Polsek yang bisa membuat jumlah militer indonesia melebihi jumlah penduduk orang Papua.
Hal ini disampaikan Yuliana pada Konferensi Pers yang digelar Amnesty Internasional lndonesia dengan topik "Catatan Hari HAM Sedunia 2023" dalam menyikapi situasi HAM di lndonesia oleh aktivitas HAM di Indonesia.
Sebagai Informasi,hari HAM sedunia jatuh pada setiap 10 Desember
info terkait: