Ilustrasi Mahasiswa-Papua-Tuntut-Referendum-Dery-Ridwansah-1-640x480 |
(Negara atau penguasa kolonial firaun modern Indonesia sedang melakukan proses DEGENERATIF terhadap Penduduk Orang Asli Papua (POAP) secara sistematis, terstruktur, terprogram, masif, meluas, integratif, kolektif dan permanen)
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman
1. Pendahuluan
Situasi yang sedang terjadi di Tanah Papua Barat dari Sorong-Merauke dewasa ini sesungguhnya bukan kebetulan, tetapi melalui perencanaan yang matang dengan proses jangka pendek, menengah dan panjang serta permanen.
Fakta ini, rakyat dan bangsa Papua di Tanah Papua Barat ini, dalam semua aspek kehidupan mengalami proses DEGENERATIF dalam bentuk penjajahan, penindasan, penjarahan, ketidakadilan, diskriminasi rasial, marginalisasi, pembunuhan, dan pemusnahan secara sistematis, terstruktur, terprogram, masif, meluas, integratif dan kolektif yang dilandasi dengan diskriminasi rasial dan berkultur militer.
Semua kekuatan negara, kekuatan politik dan kekuatan sosial atau masyarakat, media, cara wajar dan tidak wajar, pendekatan formil dan tidak formal digunakan dalam rangka DEGENERATIF bangsa Papua Barat sejak 19 Desember 1961 sampai saat ini.
Apa artinya DEGENERATIF?
Dalam istilah medis atau kedokteran, penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu. Ada cukup banyak jenis penyakit generatif yang terkait dengan penuaan, atau memburuk selama proses penuaan,terkait juga masalah genetik dan pilihan gaya hidup.
Istilah medis, kata degeneratif ini, saya tempatkan dalam konteks realitas kehidupan Penduduk Orang Asli Papua, karena faktanya sedang terjadi proses degeneratif.
2. Prediksi atau nubuatan 22 tahun lalu
Setelah saya mendengar komentar Gembala umat di Papua Barat,Pastor John Bunay tentang baliho-baliho yang dipajang di Biak, di Jayapura dan hampir merata dari Sorong-Merauke.
Tokoh agama, Gembala umat, Pastor energik Pastor John Bunay mengatakan:
"Saya melihat di baliho-baliho di Biak dan di Jayapura, tidak ada wajah atau muka orang-orang Penduduk Asli Papua, tapi didominasi oleh orang-orang non Papua...."
Untuk terjadi seperti ini, saya sudah memprediksi dan bernubuat 22 tahun tepatnya pada 2001.
Kekhawatiran saya itu, saya abadikan dalam buku saya berjudul:
PINTU MENUJU PAPUA MERDEKA: PERJANJIAN NEW YORK 15 AGUSTUS 1962 DAN PEPERA 1969 HANYA SANDIWARA POLITIK AMERIKA, INDONESIA, BELANDA DAN PBB.
Isi dari prediksi, nubuatan atau lebih tepat kekhawatiran saya sebagai berikut:
"Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan orang Papua akan punah. Para pembaca, percaya atau tidak. Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan orang-orang Indonesia akan mengatakan dengan dua pernyataan. Pernyataan yang dimaksud penulis sebagai berikut:
(a) Dulu, di negeri ini ada orang rambut keriting dan kulit hitam. Tetapi sudah hilang. Karena begini, begini, dan begini dengan berbagai alasan sebagai argumentasi pembenaran diri.
(b) Dulu, di negeri Papua ini dihuni oleh mayoritas orang Kristen. Tetapi, sudah hilang karena begini, begini, begini dengan alasan-alasan sesuai dengan versi dan selera orang-orang Indonesia".
Lebih lanjut, saya menggambarkan Strategi pemusnahan orang-orang asli Papua sebagai berikut:
"Pemerintah Indonesia dengan ideologi pembangunan nasional bias pendatang, sebenarnya sedang dan terus membunuh orang-orang asli Papua dari waktu ke waktu dari tanah leluhur mereka. Para pembaca percaya atau tidak. Strategi dimaksud penulis dalam rangka pemusnahan terhadap etnis penduduk orang asli Papua adalah sebagai berikut:
(1) DOM (Daerah Operasi Militer) dengan alasan orang Papua anggota OPM, dan Separatis serta Makar.
(2) Penguasaan dalam jabatan-jabatan di pemerintahan dengan alasan tidak mampu-mampu, bodoh dan lain-lain.
(3) Pengiriman transmigrasi dalam jumlah yang besar di Papua dan seluruhnya beragama Islam.
(4) Pemberlakuan Program Keluarga Berencana secara intensif di Papua sebagai daerah kantong Kristen.
(5) Kebijakan pembangunan yang sentralistik.
(6) Pengiriman WTS-WTS dalam jumlah besar di Tanah Papua.
(7) Pengiriman minuman beralkohol dalam jumlah besar di Papua.
(8) Penempatan pejabat-pejabat yang pro-Jakarta atau lebih tapat pro-dalam mendukung kebijakan Transmigrasi dan Islamisasi di Papua.
(9) Program Otonomi Khusus Nomor 21 Tahun 2001.
(10) Pemekaran tiga provinsi Papua".
(Sumber: Yoman: 2001:66-67)
3. Kesimpulan
Apa yang saya prediksi dan nubuatkan 22 tahun lalu itu sedang tergenapi dan terjadi.
Penduduk orang asli Papua seperti tidak bernafas, tidak berdaya, dilumpuhkan, dihancurkan, dipinggirkan, dimusnahkan di atas tanah pusaka atau tanah leluhurnya sendiri.
Sepertinya Penduduk Orang Asli Papua kehilangan harapan, menghadapi masa suram, masa kelam, tidak ada harapan masa depan di atas Tanah leluhur sendiri, karena kekejaman penguasa kolonial firaun modern Indonesia yang berwatak rasis dan berkultur militer.
TETAPI, yakinlah, HARAPAN hidup masa depan rakyat dan bangsa Papua Barat tetap ada dan pintu HARAPAN tetap terbuka lebar, karena dunia tidak berada dalam kendali Indonesia.
Saya percaya dan beriman, sama seperti saya nubuatkan pada 22 tahun lalu ini, bahwa HARAPAN untuk rakyat dan bangsa Papua Barat akan diakui sebagai bangsa merdeka dan berdaulat 1 Desember 1961 akan tiba.
DOA dan HARAPAN ini pada 09 Juni 2011, jam 21:17, saya tulis sebuah ungkapan hati yang saya abadikan dalam buku saya berjudul: West Papua: Persoalan Internasional, sebagai berikut:
"SAYA TAHU, saya mengerti, saya juga sadar apa yang saya baktikan ini. Karena itu, Anda yakin atau tidak yakin, Anda percaya atau tidak percaya, Anda suka atau tidak suka, Anda senang atau tidak senang, cepat atau lambat, penduduk orang asli Papua Barat ini akan memperoleh kemerdekaan dan berdiri sendiri sebagai sebuah bangsa dan negara berdaulat di atas Tanah leluhur mereka.
Dalam keyakinan dan spirit itu, apapun resikonya dan komentar orang, saya dengan keyakinan yang kokoh dan keteguhan hati nurani, saya mengabadikan ilmu saya untuk menulis buku-buku sejarah peradaban dan setiap kejadian di atas Tanah ini.
Supaya anak-anak cucu dari bangsa ini, kedepan, akan belajar bahwa bangsa ini mempunyai pengalaman sejarah penjajahan dan penderitaan panjang yang pahit dan amat buruk yang memilukan hati yang dilakukan dari pemerintah kolonial modern Indonesia". (Yoman:2011).
Pdt. Izaac Samuel Kijne pernah bernubuat pada 25 Oktober 1925 di Miey, Wasior, Manokwari:
"Di atas batu ini, saya meletakan peradaban orang Papua, sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi, dan marifat, tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri".
Terima kasih.
Ita Wakhu Purom, 19 Desember 2023
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2. Anggota: Dewan Gereja Papua
(WPCC).
3. Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
____
Kontak: 08124888458///08128888712