DIMANAKAH BATASNYA?

 

JOURNAL-TAKO / Bersepeda adalah olahraga endurance yang tak tergantikan oleh apapun, karena berjam-jam di atas sepeda adalah hal yang lumrah. Selasa 31 Oktober 2023

Para pesepeda menantang dirinya untuk mendaki tanjakan-tanjakan tinggi berpuluh kilometer, berlatih keras nyaris setiap hari untuk menghasilkan kecepatan yang hebat. Semua itu dilakukan dengan rasa nikmat dan kegembiraan yang melampaui batas fisiknya.


Tentu saja, bersepeda akan cepat membuat kita fit dan memiliki postur yang baik, tapi godaan untuk overdosis latihan sangat besar, karenanya seringkali kelelahan fisik terabaikan oleh tantangan-tantangan, dan kegembiraan-kegembiraan pada saat bersepeda, lalu tiba-tiba tubuh, terutama jantung, menyerah.


Jantung memang bisa beradaptasi untuk dipacu perlahan-lahan melebihi batas normal hariannya. Tapi, apa yang terjadi jika hal yang sama dilakukan berulang-ulang, nyaris tiap hari sepanjang tahun, tanpa pola pemulihan yang baik? Irama jantung dan kapasitas jantung akan terganggu.


Semakin keras kita berlatih, semakin kencang kita bersepeda, semakin hebat kita sebagai pesepeda. Tapi, setelah sekian waktu, sel-sel di jantung kita juga akan lelah.


Para atlit grand tour, mereka berlatih sangat keras sejak usia belasan tahun, lalu berkompetisi habis-habisan pada usia 20-30 tahun, lalu? BERHENTI. Mereka tidak lagi berlatih gila-gilaan, atau balapan yang memacu jantung habis-habisan saat usianya di atas itu.


Bandingkan dengan para penghobi. Mereka tidak membentuk jantung mereka sejak usia dini, lalu tiba-tiba, mereka jatuh cinta pada sepeda dan MENDADAK ingin menjadi seperti para idola mereka. Berlatih gila-gilaan di saat para atlet pro mulai pensiun dan terus gila-gilaan di saat para atlet pro berhenti balapan.


Maka, sadarilah batasnya. Kadang sepeda membawa kita terlalu jauh. Sebuah pertanyaan sederhana, tapi jawabannya tidak pernah sederhana, “Dimanakah batasnya?”


Share this

Previous
Next Post »
Comments


EmoticonEmoticon

Con tecnologรญa de Blogger.