KESEJAHTERAAN HANYALAH KHAYALAN

 

Perempuan Papua yang kuat dan mampu memikul Hasil PertanI Jalan Setapak

 

JOURNAL-TAKO / Kesejahteraan rakyat selalu menjadi alasan berbagai pihak untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang ada, dengan alasan untuk mensejahterakan rakyat, ternyata sebaliknya, yang sejahtera adalah para penguasa, sedangkan rakyatnya tidaklah demikian. (29 September 2023)


Penggusuran hutan dan penguasaan lahan oleh pemerintah untuk pembangunan, untuk investasi demi kesejahteraan rakyat, ternyata, rakyat tidak juga kunjung sejahtera, banyak rakyat yang tergusur, terpinggirkan, terlupakan di atas haknya sendiri.


Atas nama kesejahteraan rakyat, program DOB dilaksanakan, namun hingga saat ini rakyat yang ada di wilayah DOB tersebut belum juga sejahtera, bahkan tidak pernah berujung merasakan kesejahteraan sebagaimana yang telah dijanjikan.


Apa itu kesejahteraan yang dijanjikan?

Ternyata hanya kata pemanis yang diucapkan namun kosong isinya, rakyat hanya menjadi penonton dan menonton mereka yang sejahtera dan bahagia, yaitu para pejabat dan penguasa.


Tanah dirampas dan rakyatnya di gusur atas nama pembangunan yang mensejahterakan, hutan dibabat habis untuk investasi, tanah di gali, gunung di bongkar semuanya demi kesejahteraan, ternyata hanyalah fatamorgana semata.


Sudah sering terjadi rakyat terus menjadi korban dan terus dikorbankan. Pemilik hak kehilangan haknya, fakta hari ini rakyat sudah tidak dihargai lagi layaknya manusia yang pantas dihargai dan dihormati, semua haknya di sapu bersih oleh penguasa yang rakus akan kesejahteraan.


Setiap hari rakyat dipusingkan dengan kemahalan harga pangan, setiap saat rakyat direpotkan dengan kelangkaan BBM, kemahalan pupuk, serta kebutuhan lainya yang membuat rakyat tak mampu untuk bertahan untuk hidup.


Ironisnya lagi rakyat disuruh harus membayar pajak, sementara di kantor pajak terjadi korupsi yang terus menerus, uang setoran pajak dari rakyat dikorupsi habis oleh pejabat dan penguasa, tanpa ada rasa bersalah atau rasa malu.


Kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, hanya bisa dirasakan oleh rakyat biasa yang rutin membayar pajak, sementara penguasa dan pejabat lebih sejahtera, lebih bahagia, lebih bebas dan leluasa melakukan apa saja yang mereka kehendaki.


Negara ini menjanjikan kesejahteraan untuk rakyat, ternyata yang sejahtera adalah pejabat dan penguasa, rakyat hanyalah objek pembangunan, dan yang mendapat untung dari pembangunan itu, hanyalah mereka yang memiliki kekuasaan.


Kemiskinan semakin bertambah, pengangguran makin meningkat jumlahnya, rakyat makin menderita dan mengalami kesulitan untuk hidup. Makan saja sudah sulit, bagaimana dengan tempat tinggal yang layak, pendidikan, kesehatan dan yang lainya.


Pejabat dan penguasa melihat kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, yang diderita oleh rakyatnya, adalah hal yang sudah biasa, adalah hal yang lumrah, tanpa ada rasa bersalah, dan mau merubahnya, sungguh keterlaluan perilaku seperti ini.


Indonesia dan Khusus Papua hari ini jauh dari yang namanya sejahtera, masih banyak orang Papua yang hidup dibawah garis kemiskinan, masih banyak yang sulit menjalani kehidupan, sementara SDA nya begitu melimpah ruah dan banyak jumlahnya.


Emas, minyak, gas, ikan, perkebunan yang dihasilkan dari tanah Papua tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua. Hasil itu hanya mensejahterakan pejabat dan penguasa di Negeri ini, yang kaya makin kaya raya, yang miskin terus miskin dan melarat.


Sebuah sistem yang tercipta sudah tersistem bahwa kesejahteraan untuk rakyat hanyalah omong kosong belaka, itulah yang masih berlangsung hingga kini, dan tidak tau kapan berakhirnya pikiran ini.


Kerakusan, ambisi, haus akan harta, jabatan, masi merasuki pikiran para penguasa dan pejabat, akhirnya yang menjadi korban adalah rakyat yang terus menjadi miskin, dan melarat, hingga tak kunjung mendapatkan kesejahteraan.


Share this

Previous
Next Post »
Comments


EmoticonEmoticon

Con tecnologรญa de Blogger.