JOURNAL-TAKO / Jokowi dalam periode kedua mencanangkan FOOD ESTATE, atau yang disebut dengan ketersediaan dan ketahanan pangan di Indonesia, dan ini merupakan salah satu program pemerintah yang menghabiskan dana besar dan fantastis, (28 Oktober 2023)
Jumlah dana yang digelontor tidak kecil. Nilainya fantastis, mencapai ratusan triliun rupiah. Begitu banyak uang yang sudah dikeluarkan namun tak satupun program ini yang membuahkan hasil untuk dirasakan oleh rakyat Indonesia.
Dibawa kementrian pertahanan dan keamanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto dana yang nilainya fantastis itu dikelolanya. Kata Jokowi bahwa Kementrian pertahanan keamanan tidak hanya mengurus pertahan keamanan Negara dalam bentuk alutsista, namun juga mengurus ketahanan pangan.
Banyak lahan di gusur, hutan di babat dan di tebang habis untuk program menanam singkong sebagai komoditi unggulan. Di kalimantan dan di Papua ( Merauke) menjadi fokus utama penggusuran lahan.
Banyak hutan dan lahan digusur namun tidak ada keberhasilan yang didapatkan pada program ini. Lahan dibiarkan begitu saja, akibat nya banjir dan juga tanah menjadi tandus dan tidak subur lagi, kerugian yang cukup besar bahkan sangat besar.
Menurut LSM pemerhati lingkungan dalam pendataanya, bahwa banyak lingkungan menjadi rusak dan tidak berguna, akibat dari program Food Estate yang gagal dan mangkrak serta tidak berhasil dilaksanakan dan Negara merugi dengan dana yang begitu besar serta fantastis.
Hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan mengatakan bahwa Food Estate tidak berhasil, akibat dari perencanaan yang tidak sesuai data. Amburadul program ini hanya menghabiskan uang yang begitu banyak namun tidak membuahkan hasil yang nyata dan bermanfaat
Hasto Kristiyanto sekjen PDIP mengatakan bahwa Food Estate yang gagal adalah kejahatan lingkungan, karena dana hanya digunakan untuk membabat dan menggusur hutan serta merusak lingkungan dan merupakan sebuah kejahatan yang dilakukan.
Prabowo Subianto dan Joko Widodo mengelak bahwa keberhasilan FOOD ESTATE membutuhkan waktu untuk keberhasilan. Namun fakta mengatakan bahwa program ini mangkrak dan alias tidak berjalan atau tidak berhasil lagi sesuai rencana dan harapan bersama.
Prabowo dan Jokowi lebih bertanggung jawab atas kejahatan lingkungan ini. Dana yang begitu besar digelontorkan namun tidak menghasilkan dan hannya mengakibatkan banyak lahan terlantar dan menjadi rusak, banjir terus terjadi jika musim hujan tiba.
Dana ratusan triliun itu dikemanakan, bisa jadi dana tersebut tidak digunakan secara maksimal. Kompromi kejahatan oleh Jokowi dan Prabowo Subianto dengan menggunakan sebagian dana besar itu untuk kepentingan kampanye serta kemenangan capres 2024.
Bisa jadi bawa Prabowo Subianto menggaet anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres adalah bentuk kompromi kejahatan agar kegagalan FOOD ESTATE tidak lagi di ungkit atau aman-aman saja walau gagal.
Program Food Estate untuk mewujudkan ketahanan pangan tidak berhasil. Harga pangan terus meningkat, akibatnya harus ada program impor pangan berupa beras, gandum, tepung dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam Negeri yang terus menurun ketersediaanya.
Prabowo Subianto yang terkenal dengan melakukan penculikan terhadap para Aktivis, melakukan pelanggaran HAM dan juga merusak lingkungan ini tidak tersentuh hukum, walau benar-benar dan nyata melakukan itu, justru Prabowo bebas menjalankan aktivitas politik sebagai ketua Partai Gerindra dan diangkat menjadi Menteri di Kabinet Jokowi dan berkuasa menghancurkan uang Negara dengan program Food Estate yang mangkrak itu.
Prabowo lenggang maju sebagai capres dan menggaet Gibran anak muda yang masih sedikit pengalaman itu untuk di pasangkan sebagai cawapresnya. Dinasti kekuasaan Jokowi di jalankan dan dipertontonkan kepada Bangsa dan Rakyat Indonesia.
Keputusan MK yang menuai banyak kritik dan protes dari berbagai pihak terkait usia capres/-cawapres menunjukan bahwa MK dikendalikan oleh kekuasan dan sarat akan praktik kolusi serta nepotisme yang sungguh nyata dan menggelikan.
Anwar Usman ketua MK yang adalah paman Gibran serta ipar kandung Jokowi itu, dinilai telah memutuskan keputusan yang nyata memihak kepada keponakan Gibran agar mulus maju berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Semoga Bangsa ini menjadi sadar melihat praktek kejahatan yang sedang di pertontonkan oleh mereka yang kini hendak mencalonkan diri sebagai pemimpin di Negara ini. Mau dibawa kemana rakyat yang dan Negeri yang dikenal dengan GEMAH RIPAH LOHJINAWI?