Olvah Alhamid |
JOURNAL-TAKO / Hanya kesendirian gelapnya malam Angin dingin yang meniup mencekam Segelas kopi duduk terdiam Mencegah mata jangan terpejam.
Dinginya angin menambah rindu Terasa dingin menusuk kalbu Penyebab rasa yang tak menentu. Bagai hati tersayat sembilu
Kepada siapa hendak bertanya Ketika hati gundah gulana Semua orang jauh terasa Hidup sendiri begitu menyiksa Ramainya kota terasa bosan Hidup sendiri adalah pilihan Ingin menghindar dari kebisingan Memulai hidup penuh impian
Sekian lama terus menunggu Tak ada yang pasti hati terpaku Walau tubuh terasa kaku Mengharap rasa datang menyentuh. Hati terasa gundah gulana. Pemberi harap pelipur lara. Dalam deraian air mata. Yang di nanti hanyalah dusta.
Hilir mudik jalan kehidupan Kepada siapa harus berhadapan. Penuh penasaran pemberi harapan Hidup memang penuh perjuangan Melangkah sendiri di jalan sepi Hanya malam yang menemani Menapak kaki menyusuri Setiap lorong hendaklah dilalui.
Menatap langit penuh bintang Dengan cahaya yang membentang Walau hati merasa tertantang Harus menunggu yang lebih matang. Tetaplah kuat menunggu asa. Jangan keburu tergesa gesa Walau jauh harap percaya Janganlah ragu untuk disana
Hidup sendiri sudah biasa Walau sepi tidak mengapa Tetap kuat janganlah lema Menatap hidup yang penuh makna Jalan hidup penuh berbatu Bagai kaki tak bersepatu Hidup memang tak menentu Kepada siapa tempat mengadu. Tetaplah kuat terus melangkah Walau jalan tidaklah mudah Harus berjuang, jangan menyerah Kepada Tuhan hidup dipasrah
Terasa bosan terus menunggu Kaki beranjak melangkah maju Walau tujuan tidak menentu Terus berjuang janganlah jemu Cinta memang butuh kepastian Untaian kata bukan jaminan Tindakan nyata dapat dibuktikan. Pemberi harapan lama terpendam Masa lalu hanyalah kenangan Masa kini adalah kenyataan Masa datang, penuh harapan Mari bersama melangkah kedepan (20 Oktober 2023)