Mostrando las entradas con la etiqueta Lani. Mostrar todas las entradas
Mostrando las entradas con la etiqueta Lani. Mostrar todas las entradas
 LUKAS ENEMBE, PELURU TANPA KENDALI

LUKAS ENEMBE, PELURU TANPA KENDALI



Mungkin kata ini tepat untuk disematkan kepada sosok pria yang humanis dan begitu peduli kepada seluruh rakyat Papua tanpa pandang gunung, pantai, lembah, bukit, rawa, tanah datar, atau dari mana saja yang terpenting adalah orang Papua harus di hargai di hormati dan di selamatkan.


Lukas Enembe, nama yang mudah diucapkan dan diingat oleh siapa saja. Ya itulah pria Papua yang berani melawan arogansi Jakarta, LE singkatan nama dari Nama Lukas Enembe, tajam bagai Peluru tanpa kendali, siap membela kepentingan orang Papua kapan saja di mana saja.


Omongannya spontan apa adanya, jika salah katakan salah itulah LE sang pemberani yang tidak takut pada siapapun demi membela hak-hak dasar orang Papua. LE tak gentar atas tekanan Jakarta demi harkat dan martabat orang Papua.


Orang Papua harus di hargai di hormati dan menjadi tuan di Negerinya sendiri, itulah selama LE berkuasa Ia memperjuangkan itu semuanya walau harus berhadapan dengan kekuasaan yang lebih tinggi, kekuasaan yang lebih di atasnya.


Selama menjabat sebagai Gubernur Papua hampir 10 tahun, LE mati-matian berjuang untuk kepentingan dan kesejahteraan orang Papua. Dalam sejarah LE menghadirkan Papua sebagai rumah pelaksanaan PON walau fasilitas pendukung sangatlah kurang.


LE menghadirkan stadion yang megah itu adalah bagian dari perjuangan yang sungguh luar biasa. LE juga membangun kantor Gubernur yang baru sebagai simbol modernisasi, sehingga pelaksanaan pemerintahan dapat berjalan secara optimal.


LE menggunakan kapasitas sebagai Gubernur Papua dengan memberdayakan orang asli Papua menduduki sejumlah jabatan yang ada di tingkat Provinsi sehingga benar-benar menjadi tuan di Negerinya sendiri untuk bisa dihargai.


LE berusaha mendorong UU OTONOMI Plus agar OAP lebih lagi dihargai dan dihormati agar benar-benar menjadi tuan di Negeri sendiri, menguasai semua sektor baik di eksekutif, legislatif dan Yudikatif serta sektor swasta, namun sayangnya perjuangan itu ditolak mentah oleh Jakarta.


LE juga menentang arogansi Jakarta dengan menolak DOB yang terkesan memaksa, LE menolak dengan alasan bahwa Papua belum siap dimekarkan menjadi beberapa Provinsi, namun sayang Jakarta tetap memaksakan kehendaknya.


LE tidaklah takut pada pemerintah yang lebih tinggi, jika itu sudah terkait dengan pembelaan terhadap harga diri orang asli Papua. Tanpa basa basi lagi LE sudah pasti berpihak keras kepada rakyatnya yang memilihnya sebagai pemimpin.


Tanpa takut dan gentar LE mengeluarkan kata dan ucapan yang kerap kali membuat bulu badan merinding yang mana kata-kata itu cenderung menyudutkan dan menyinggung pihak pemerintah yang lebih tinggi, yang mana kebijakan pembangunan tidak berpihak kepada rakyat Papua.


LE adalah peluru tanpa kendali yang berlari dengan cepat menembus setiap dinding pembatas dan menghancurkanya demi mendapatkan hak-hak orang Papua. LE bicara polos dan tanpa neko-neko, jika itu terkait dengan membela orang asli Papua yang menuntut haknya.


Lukas Enembe seorang Figur dan petarung yang berani berjuang tanpa lelah. LE seorang pemberani yang rendah hati san begitu peduli kepada sesama dan kepada siapa saja. LE adalah pemimpin pemberani yang dengan lantang serta lugas menyuarakan kepentingan dan keberpihakan kepada OAP.


Seorang pemimpin pemberani yang perna ada di abad ini untuk OAP, rakyat Papua akan merasa kuat, jika pemimpinya juga kuat, rakyat Papua mendambakan pemimpin pemberani, kuat dan memberi perlindungan dengan kapasitas yang dimilikinya.


Kini LE telah pergi menghadap Tuhan sang pencipta,  seorang pemberani itu telah tiada untuk selamanya. Rakyat mu akan selalu merindukan mu dengan segala kenangan yang akan selalu dikenang.


 Bpk LE, telah berpulang, para penjahat dan pecundang kini berpesta dan bertepuk tangan melihatmu yang tidak bernyawa lagi, namun rakyat mu merasa duka yang mendalam dan memberi hormat yang tak terhingga sebagai tanda cinta.


Namamu akan disandingkan dengan beberapa tokoh Papua yang berjuang demi kehormatan dan penghargaan terhadap hak-hak orang Papua. Rakyat selalu mendambakan pemimpin pemberani yang akan membawa mereka keluar dari perbudakan dan penindasan yang begitu membelenggu.


RIP.....LE....


BAPA PEMBANGUNAN PAPUA MANDIRI DAN SEJAHTERA 
Kehidupan Sosialisme Suku Lani Orang Lani dan Honai

Kehidupan Sosialisme Suku Lani Orang Lani dan Honai

Ilustrasi Orang Lani dan Honai (Part 2)

 "Ideologi sosialisme bukan ajaran dari bangsa-bangsa dunia Barat, ideologi sosialisme bukan hal baru, dia sudah ada dan hidup berabad-abad sebagai warisan berharga dari leluhur yang sudah menjadi milik, pijakan dan pedoman hidup bangsa Papua Barat. Jadi, sesungguhnya bangsa Papua Barat adalah sosialis sejati".


Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socrates Yoman, MA



Dalam kehidupan komunitas atau sosialisme bangsa Papua Barat, lebih khusus orang-orang Lani adalah sosialis sejati. Dalam kehidupan mereka ada rumah bundar atau honai untuk hidup dan tempat tinggal mereka. 


Ada tiga jenis rumah bundar atau honai. Ada honai laki-laki, honai perempuan dan kandang babi atau dapur. 


(1) Honai laki-laki; 

(2) Honai perempuan; dan 

(3) Dapur dan termasuk kandang ternak. 


Sebelum saya jelaskan lebih lanjut, saya mau tegaskan, bahwa bangsa asing termasuk di dalamnya bangsa asing Indonesia sering kembangkan opini sesat, bahwa orang Lani biasa tidur dengan babi. Itu mitos, label dan stigma yang tidak benar, salah dan menyesatkan. Dan itu sangat merendahkan harkat martabat,  keberadaban kemanusiaan, kedaulatan dan  kemerdekaan serta otonomi kami.  Untuk mendidik bangsa asing di dalam termasuk bangsa asing Indonesia, karya tulis ini sangat diperlukan bagi saya sebagai bangsa Papua Barat dari suku Lani penganut ideologi sosialisme sejati. 


(1)  Kunu atau  honai laki-laki 


Kata "Kunu" artinya honai laki-laki dalam bahasa saya, orang Lani. 


Yang pertama dipikirkan adalah amdal (dampak lingkungan) sebelum semua honai dibangun. Setelah itu memikirkan bahan-bahan bangunan. Material itu selalu dipilih kualitas terbaik untuk bertahan bertahan-bertahun sampai 50 tahun. 


Kunu atau honai laki-laki ini dibuat dengan material diantaranya: kayu, tali dan alang-alang.  Kunu ini terdiri dari empat tiang penyangga di pusat, ada papan dikelilingi, ada kayu khusus itu melingkar untuk memegang papan keliling, dan ada tali yang mengikat kayu melingkar di papan. 


Ada tiang-tiang kecil  sekitar 50 sampai 100 batang untuk atap. Tiang-tiang kecil itu dibuat ditarik dan melengkung  ke pusat empat tiang. Sebelumnya empat tiang di pusat atau tengah itu sudah diikat dengan tali supaya tetap berdiri kokoh untuk memegang dan  memikul  tanggungjawab semua beban dari bahan bangunan honai itu. 


Tiang-tiang kecil itu dibengkokkan ke arah empat tiang dan diikat dengan tali yang berkualitas khusus. Setelah tiang-tiang kecil itu dihubungkan dengan empat tiang sentral dan ada kayu-kayu kecil yang melingkar keliling untuk memperkuat tiang-tiang kecil yang dihubungkan ke empat tiang sentral. 


Setelah dibuat bundaran dengan kayu-kayu kecil dan sudah terbentuk honai, maka sebelum tutup rumput atau alang-alang khusus( tutup seperti senk), ada ikat tumpukan sedikit rumput keliling diujung papan supaya pada saat menutup alang-alang di atap rumah alang-alang itu tidak terjun bebas. Singkatnya, untuk menahan alang-alang. 



Sekarang sudah terbentuk bundaran atau honai dengan sempurna. Para ahli, arsitek dan tukang-tukang bangunan profesional dan orang-orang hebat ini mulai masuk ke dalam dan  mengatur di dalamnya. 


Honai laki-laki biasa dua pintu. Tujuannya pada saat ada serangan dari musuh, laki-laki segera keluar dari dua pintu itu untuk menghadapi musuh. Honai itu juga dibuat dua lantai. Lantai dasar dan lantai kedua. Biasa ditengah-tengah yang dikelilingi empat tiang dibuat tungku api. Tunggu itu untuk membuat api. Membuat tunggu itu dengan tanah khusus dan dicampur dengan ada rumput khusus untuk menahan dan supaya tidak mudah  pecah atau terbelah. 


Di lantai lantai satu dan dua dibuat tempat buat api. Khusus api di lantai satu berperan ganda, yaitu untuk penerangan, membakar ubi, jagung, keladi, buah kelapa, bakar daging babi, dan masih banyak yang lain dan untuk menghangatkan badan. 


Untuk menuju ke lantai dua ada pintu berbentuk jendela. Setiap orang naik ke lantai dua lewat pintu kecil itu. Ada tangga kecil untuk pijakan kaki pada saat naik  ke lantai dua dan turun ke lantai satu itu. 


Lantai dua itu dibuat dari kayu-kayu pilihan dan disusun dengan bambu khusus. Diatasnya dialasai alang-alang khusus untuk dipakai alas untuk duduk dan tidur (dalam bahasa saya disebut Yanengga) dan memang alang-alang hangat dan juga empuk walau sedikit kasar. 


2. Honai perempuan 


Honai perempuan dibangun dengan bahan yang sama, hanya ada beberapa perbedaan, yaitu honai perempuan hanya satu pintu dan ukurannya tidak terlalu besar. 


3. Dapur atau Kandang babi 


Dapur atau kandang itu dibangun dengan bahan-bahan yang sama, hanya ada perbedaan, yaitu tidak ada lantai, dibuat kotak-kotak untuk ternak babi istirahat, ada kolam kecil untuk memasak makanan. 


Ada juga buat lantai dua untuk tidur dengan tujuan  menjaga kemungkinan  atau antisipasi kalau hujan deras dan gelap tidak bisa ke honai manusia tidur. 


4. Mengapa honai laki-laki dan perempuan terpisah? 


Ada beberapa tujuan, yaitu: 


(1) Dalam honai laki-laki memelihara: Firman (Wone/Wene), hikmat,  kebenaran,  keadilan, kasih, kedamaian, martabat kemanusiaan, kesamaan hak, kesamaan derajat, sejarah, nilai-nilai keperadaban, nilai-nilai moral, etika, sejarah atau silsilah leluhur, ideologi dan tentang TUHAN yang hidup dan solidaritas. Bagian ini adalah benteng atau pagar kehidupan suku Lani. 


(2) Dalam honai laki-laki berbicara atau membahas tentang berbagai macam rencana: untuk membangun pagar, membuka kebun baru, membuat jembatan, dan lain-lain; 


(3) Dalam honai laki-laki diskusi dan membahas tentang perang dan perdamaian; 


(4) Dalam honai laki-laki diskusi dan membicarakan pesta besar memotong babi, membuka kebun baru, membagi kelapa hutan, memasak keladi untuk makan bersama; 


(5) Dalam honai membahas tentang  pernikahan anak-anak laki-laki dan perempuan; 


(6) Dalam honai membahas dan memikirkan untuk menjaga dan memelihara ibu-ibu janda dan anak-anak yatim piatu. 


(7) Dalam honai laki-laki ada pendidikan dan pengajaran untuk anak-anak laki-laki yang disebutkan nomor 1-6. 



(8) Dalam honai perempuan ada pendidikan dari ibu-ibu yang lebih tua kepada anak-anak gadis bagaimana menghormati diri dan menjaga kegadisan mereka dan hidup sebagai perempuan terhormat; 


(9) Ibu-ibu yang lebih tua mengajarkan kepada anak-anak gadis  bagaimana merawat anak, membuat noken, membuat tali, memelihara ternak babi, menanam ubi dan merawat dan memasak atau membakar makanan; 


(10) Kepada gadis-gadis diajarkan bahwa setelah bersuami bagaimana gadis ini membangun relasi yang baik dan harmonis dengan keluarga laki-laki dan menjaga wibawa suami dalam rumah dan di depan umum; 


(11)  Intinya dalam honai laki-laki dan honai perempuan ada proses pendidikan dan pengajaran yang berkelanjutan dan turun-temurun. 


(12) Dalam honai perempuan, ibu-ibu membakar ubi, keladi dan dibawa ke honai laki-laki untuk makan bersama. 


(13) Ibu-ibu biasanya menyimpan makanan untuk suami walaupun sudah dibawa ke honai laki-laki untuk makan bersama. 


(14) Ibu-ibu juga selalu menyimpan ubi untuk anak-anak mereka untuk makan pada siang hari  apabila saat ibu terlambat pulang dari kebun anak-anak bisa bertahan dan tidak kelaparan. 



(15)  Dapur atau kandang babi juga berfungsi untuk masak atau bakar ubi dan makanan lainnya. 



Dari ulasan ini terbukti bahwa dalam hidup orang Lani ada tatanan nilai kehidupan sosial yang terawat, terpelihara, terbina dengan bertanggung jawab. Ada tatanan nilai kehidupan sosial yang kokoh dan kuat. 


Artinya, orang-orang Lani adalah sosialis sejati yang berideologi sosialisme. Dalam kehidupan orang Lani selalu berpikir kepentingan bersama, hidup bersama, makan bersama, menderita bersama, menangis bersama, bergembira atau tertawa bersama dan membangun bersama. 


Seperti Pastor Frans Lieshout, OFM mengakui: 


"Saya sendiri pun belajar banyak dari manusia Balim yang begitu manusiawi. Saya masih mengingat masyarakat Balim seperti kami alami waktu pertama datang di daerah ini. Kami diterima dengan baik dan ramah, tetapi mereka tidak memerlukan sesuatu dari kami, karena mereka sudah memiliki segala sesuatu yang mereka butuhkan itu. Mereka nampaknya sehat dan bahagia, ...Kami menjadi kagum waktu melihat bagaimana masyarakat Balim hidup dalam harmoni...dan semangat kebersamaan dan persatuan...saling bersalaman dalam acara suka dan duka..." ( Sumber: Kebudayaan Suku Hubula Lembah Balim-Papua, 2019, hal. 85-86). 


Dalam buku: Kita Meminum Air Dari Sumur Kita Sendiri” (Yoman, 2010: 92) penulis menjelaskan sebagai berikut: 


Kata Ap Lani artinya: ” orang-orang independen, orang-orang yang memiliki otonomi luas, orang-orang yang merdeka, yang tidak diatur oleh siapapun. Mereka adalah orang-orang yang selalu hidup dalam kesadaran tinggi bahwa mereka memiliki kehidupan, mereka mempunyai bahasa, mereka mempunyai sejarah, mereka mempunyai tanah, mereka mempunyai gunung, mereka mempunyai hutan, mereka mempunyai sungai, mereka mempunyai dusun yang jelas, mereka mempunyai garis keturunan yang jelas, mereka mempunyai kepercayaan yang jelas, mereka mempunyai kemampuan untuk mengatur, dan mengurus apa saja, mereka tidak pernah pindah-pindah tempat, mereka hidup tertib dan teratur, mereka mempunyai segala-galanya.” 


Terima kasih. Selamat membaca. 


Ita Wakhu Purom,  Rabu, 24 Mei 2023 


Penulis: 


Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua. 


========= 


HP/WA:08124888458;

WA: 08128888712 


Catatan: Tulisan ini perlu diberikan saran, koreksi, masukan, perbaikan dan kritik.

Con tecnologรญa de Blogger.